Dag… dig… dug, terdengar suara detak jantungku saat namaku dipanggil
ibu guru untuk maju ke depan kelas menyelesaikan salah satu soal
matematika. Dalam hatiku aku berkata “sial, kenapa aku sih yang disuruh
maju?” omelku dalam hati. Akupun beranjak dari mejaku menuju papan.
Kuterdiam. Beberapa saat suasana di dalam kelas hening. Kuberpikir
bagaimana cara menyelesaikan soal yang menurutku sulitnya minta ampun
ini. Teman-temanku yang mendapat giliran untuk maju kedepan datang silih
berganti menyelesaikan soal yang diberi Ibu guru.
Hingga, beberapa menitpun berlalu dengan cepatnya. Tapi tak setitik
angkapun tertulis. “aduh susah benget sih soalnya!” , bisikku dalam
hati. Sambil terus berpikir aku terus berdoa “ya Tuhan, bantulah aku
menyelesaikan soal ini dengan cara apapun. Aku janji akan belajar lebih
giat Tuhan”
Karena di depan terlalu lama aku jadi malu pada teman-temanku. Sampai-sampai keringat dingin ku pun keluar.
Tak lama kemudian “Tet…Tet…”. Bel pulang berbunyi. “Huff…” desahku. Akhirnya aku pulang sambil terus bersyukur pada Tuhan.
Setelah makan siang aku langsung tertidur saking lelahnya. Tiba-tiba
aku terjaga dari tidurku. Aku segera beranjak dari tempat tidurku menuju
ke kamar mandi membasuh mukaku. Kemudian saat aku keluar kulihat
beberapa buku berserakan di atas tempat tidurku. Dengan segera kurapikan
buku-buku tersebut ke tempat semula. Melihat buku-buku itu aku jadi
mengingat kejadian menyeramkan di sekolah tadi.
Kuambil beberapa contoh soal-soal matematika, kupelajari dan kemudian
mulai kujawab. Saat kujawab soal tersebut ternyata tidaklah sulit.
“Luar biasa!” seruku. Saking gembiranya aku meloncat-loncat di atas
tempat tidurku, terus meloncat dan terus meloncat hingga… “BRUUK”. Aku
terjatuh dan ternyata itu semua hanyalah mimpi.
Hampir saja aku putus asa. Tapi aku tidak mau hanya bisa dalam mimpi.
Aku ingin semua jadi kenyataan. Tiba-tiba teringat nilai matematikaku
yang di bawah rata-rata. Maka, segera kuambil salah satu buku.
Kupelajari dan kuhafalkan soal-soal dengan rumusnya.
Tepat pukul 07.00 aku makan malam. Kemudian kembali ke meja belajar.
Dan perlahan namun pasti aku mulai mencoba mengerjakan satu soal yang
kemudian disusul oleh soal-soal yang lain. Tentunya dengan rumus yang
sudah sebagian kuhafalkan dan ku pelajari tadi. Walaupun tidak
sepenuhnya bisa tapi setidaknya ada kemajuan.
Keesokan harinya ibu guruku memanggilku. Di ruangannya ia berkata
bahwa sebentar lagi ujian akan di laksanakan. Jika aku tidak rajin
belajar kemungkinannya aku tidak bisa lulus. Karena pelajaran yang
paling sulit nanti ialah matematika, lagi pula nilai pelajaran
tersebutlah yang paling dipertimbangkan. Hari demi hari kulalui sambil
terus berusaha belajar, menghafal, menjawab, menghafal, menjawab begitu
seterusnya.
Akhirnya waktu ujianpun tiba. Mata ujian pertama adalah matemika
pelajaran yang paling kusegani. “Tapi…, tidak!” ucapku dalam hati, “Aku
harus buktikan pada semua bahwa aku bisa!” seruku kemudian.
Ujianpun dimulai “huff..” kumenghela nafas. Lembar ujian telah
dibagikan. Kini saatnya mengerjakan. Meski sedikit sulit tapi aku
bersyukur karena aku bisa menjawab semua soal tanpa ada yang kosong
tepat pada waktunya. Ujian-ujian berikutnyapun kulalui dengan mudahnya.
Hingga satu minggu telah berlalu saatnya ujian dibagikan. B.inggris,
Pkn, IPA, Bahasa indonesia, IPS dan pelajaran yang lainnya. “Ye..”
kataku dalam hati. Karena semua nilai pelajaran tersebut di atas
rata-rata. Hingga saatnya lembaran ujian yang terakhir “Matematika”.
Ketika namaku disebut untuk maju ke depan mengambil lembaran ujianku
jantungku mulai berdebar makin lama makin kencang dug.. dag.. dug.
Kuambil secarik kertas dari tangan ibuguru dengan gemetar. Saat kulihat
wajah Ibu guru, Ibu guru tersenyum padaku. Aku yang awalnya takut
melihat hasil ujian tersebut langsung melihat dan, “Yeah… aku berhasil”,
teriakku saat itu juga. Nilaiku 8, kata bu guru nilaiku tidak begitu
buruk.
Saat pembagian rapor tiba, kulihat raporku sambil gemetar dan
ternyata aku lulus dengan nilai yang memuaskan. Betapa senang hatiku.
Dari dalam hati aku berkata “ Alhamdulillah, ternyata jika berusaha
dengan sungguh-sungguh, apapun yang kita inginkan pasti akan tercapai!”.
Akupun pulang dengan langkah yang pasti.
Cerpen Karangan: Fitri Rosadela
Blog: http://mywordsworld.blogspot.com/
Sumber:
http://cerpenmu.com/cerpen-motivasi/matematika-siapa-takut.html
Translate
Popular Posts
-
1. 215 – 200 : 5 + 50 = .... Pembahasan : 215 – (200 : 5) + 50 215 - 40 + 50 = 185 2. Angka...
-
Pernahkan anda sebagai orang tua merasa heran kenapa anak anda susah sekali mengus...
-
Sebagian besar dari kita ingin menikah lalu memiliki anak. Di lain sisi, menjadi ibu bukanlah pekerjaan gampang. Maka dari itu, al...
-
MATEMATIKA SD KELAS III UANG Materi A. Mengenal Nilai Uang Nilai mata uang itu ada yang kecil dan ada yang besar. Kita ...
-
Sebenarnya saya merasa belum pantas menulis pengalaman mengajar secara utuh. Terkesan sudah banyak makan asam garam menjadi pen...
-
Belah ketupat merupakan salah satu bangun datar dua dimensi yang memiliki empat buah rusuk yang sama panjang, dan memiliki dua pa...
-
Cara Belajar yang Efektif dan Menyenangkan Belajar merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari karena bagaimanapun juga kita adalah...
-
Keningku berkerut menatap rumus-rumus matematika yang berbaris indah dicatatan, otakku berputar-putar memikirkan seabreg angka-angka y...
-
Blaise Pascal terlahir di Clermont Ferrand pada 19 June 1623. Ayahnya Etienne Pascal, penasehat kerajaan yang kemudian diangkat sebagai...